Tadi siang kami ikut upacara 17 Agustus 2016 di Alun-alun kendal, kami datang 17 0rang, terdiri dari 6 orang pengurus Ansor Cabang Kendal, 10 Orang Pasukan banser (tidak ikut foto) dan 1 Orang IPNU yang kami ajak foto biar mencukupi angka 7, tapi yang jelas kami datang tepat waktu.
Karena kami datang lebih awal, makanya kita masih bisa narsisme dulu, ini bukan soal alay atau sesamanya, cuma kekinian aja, hehe
Sepulang itu kami terlibat dalam obrolan, berawal dari seorang teman yang memperlihatkan Berita di KOMPAS.com, tentang seorang pejuang yang hanya mengingat nama Simbah Hasyim Asy'ari. Tidak banyak yang diingat Tondo, ketika diminta menceritakan perjalanannya menjadi seorang pejuang puluhan tahun lalu. Yang diingat hanya Mbah Hasyim Tebuireng (Kyai Hasyim Asy'ari), sebagai salah satu tokoh pemimpin perang.
Ya, namanya Tondo, Veteran yang berusia lebih dari 100 tahun asal Kecamatan Tikung, Kabupaten Lamongan itu, menyebut, tokoh pendiri ormas Nahdatul Ulama itu adalah tokoh agama asal Pesantren Tebu Ireng Jombang yang memimpin kelompok santri dan warga sipil.
"Menang atau kalahnya perang apa kata Kyai Hasyim," Bahkan, Tondo tidak ingat lagi siapa pimpinan perangnya saat itu. Dia hanya ingat bahwa dia ikut bergerilya dari Madiun ke Surabaya.
"Senjatanya pakai pasir batu, dan bambu runcing," Tondo tercatat pernah menerima penghargaan Bintang Gerilya dari Kodam V Brawijaya pada 1983.
Kata Sutrisno, satu dari 11 putra Tondo dari lima isterinya, ayahnya itu selalu bersemangat saat melihat banyak bendera merah putih yang selalu dipasang saat perayaan HUT kemerdekaan.
"Bapak saya selalu tidak bisa tidur dan banyak bercerita soal perang," jelasnya.
Lantas saya berfikir dan terbayang, betapa dahsyat perjuangan waktu itu, ketika kiai-kiai mengangkat senjata bergerilya, meski hanya memakai pasir batu dan bambu runcing. Memangdang Veteran Tondo saya merasakan betapa beliau ingin menceritakan, bahkan membagi semangat untuk penerus Negeri ini. Mungkin Veteran Tondo akan mengingat nama Mbah Hasyim Asy'ari sampai akhir hayatnya.
Kami merasa iri, bahkan merasa malu, hari ini kami masih tetap menjaga warisan dari mbah Hasyim Asy'ari (Ahlussunnah Waljama'ah). memekik suara ... meneriakkan NKRI HARGA MATI....!!! Namun, apa yang kami lakukan hari ini, masih sangat jauh dari perjuangan para veteran yang mengusir penjajah dari bumi pertiwi. Terima Kasih Simbah Hasyim Asy'ari, Terima Kasih Pak Tondo, dan para pejuang beserta seluruh pahlawan Negeri ini. Semangatmu semakin menggelora dikalbu
Mantap, Mbah Hasyim Asy'ari telah mencontohkan kepada kita akan arti perjuangan yang sesungguhnya, yaitu untuk kepentingan bangsa dan agama, bukan untuk kepentingan pribadi ataupun golongan.
ReplyDeleteterharu sama pak Tondo, Negara perlu mencatat fakta ini, bahwa kiai dan santri memiliki andil besar dalam sejarah NKRI
ReplyDelete