Friday, August 19, 2016

Semarang Pada Zaman Kerajaan Mataram Kuno


Jangan Sekali-kali Meninggalkan Sejarah atau disingkat "Jasmerah" adalah semboyan yang masyhur diucapkan oleh Presiden Soekarno dalam pidatonya yang terakhir pada Hari Ulang Tahun Republik Indonesia (HUT RI) tanggal 17 Agustus 1966. Dua hari yang lalu kita baru saja memperingati kemerdekaan dibulan yang kini sering disebut sebagai bulan bung karno, proklamator kemerdekaan Negara Republik Indonesia.

Kembali mengingat sejarah, Jawa Tengah akan saya mulai dari Kota Semarang sebagai Ibu kota. Semarang berawal pada zaman Kerajaan Demak, pada akhir abad ke-15 M ada seseorang yang diutus oleh Kerajaan Demak untuk menyebarkan agama Islam dari perbukitan Pragota, dikenal sebagai Pangeran Made Pandan, dari waktu ke waktu daerah itu tumbuh semakin subur, dibeberapa lokasi tumbuh pohon asam yang warnanya seperti arang (masyarakat menyebutnya sebagai Asem Arang), kemudian menjadi pertanda dan menjadi nama Semarang.

Daerah Bukit Pragota sendiri disebut-sebut dalam sejarah menjadi bagian dari Kerajaan Mataram kuno, tempat tersebut pada masa itu merupakan pelabuhan yang di depannya terdapat gugusan (undhukan) pulau-pulau kecil akibat pengendapan, yang hingga sekarang masih terus berlangsung, gugusan tersebut sekarang menyatu membentuk daratan. Bagian kota Semarang Bawah yang dikenal sekarang ini dahulu merupakan laut.

Pelabuhan tersebut diperkirakan berada di daerah Pasar Bulu sekarang memanjang masuk ke Pelabuhan Simongan, tempat armada Laksamana Cheng Ho bersandar pada awal abad ke-15 sekitar tahun 1405 M. Di tempat pendaratannya, Laksamana Cheng Ho mendirikan kelenteng dan mesjid yang sampai sekarang masih dikunjungi dan disebut Kelenteng Sam Po Kong (Gedung Batu). Hingga sekarang, daerah antara pasar bulu sampai dengan Klenteng Sam Po Kong masih beraktifitas layaknya pusat perdagangan.

Pangeran Made Pandan kemudian mendirikan desa dan menjadi kepala desa dengan gelar Kiai Ageng Pandan Arang I (Sunan Pandanaran I), dan dilanjutkan oleh putranya Kiai Ageng Pandan Arang II, kemudian dikenal dengan Sunan Bayat.

Pada masa pimpinan Pandan Arang II inilah daerah Semarang semakin menunjukkan pertumbuhannya yang signifikan, sehingga menarik perhatian Sultan Hadiwijaya dari Pajang. Pragota sebagai pelabuhan dan desa Pandan Arang berkembang menjadi pemukiman yang sudah layak, maka Pada tanggal 2 Mei 1547 bertepatan dengan peringatan maulid Nabi Muhammad SAW, tanggal 12 rabiul awal tahun 954 H diputuskan untuk menjadikan Semarang setingkat dengan Kabupaten, disahkan oleh Sultan Hadiwijaya setelah berkonsultasi dengan Sunan Kalijaga. Tanggal 2 Mei kemudian ditetapkan sebagai hari jadi kota Semarang.

Menggali sejarah itu seakan menyelali proses perjuangan, untuk menggali secara menyeluruh saya tidak akan terburu-buru, dari sepenggal sejarah di atas, Semarang muncul dan dikembangkan orang seorang muslim yang menyebarkan agama Islam. continued to further deepening

2 comments:

Terima kasih telah berkunjung, silahkan berkomentar dengan sopan, semoga bermanfaat