Friday, August 26, 2016

1919: WADOEK KEDOENGSOEREN DAN TATA RUANG PERTANIAN KALIWOENGE YANG GAGAL.



Ternyata pemerintah Kolonial Hindia Belanda pernah membuat rencana pembangunan wadoek Kedoengsoeren. Waduk ini membendung dua aliran sungai; yaitu kali Blorong dan kali Glagah. Kedua sungai ini memiliki hulu di gunung Ungaran. Sebuah kajian yang dilakukan dinas pekerjaan umum di jaman penjajahan itu, di antara lain berisi rencana desain fisik wadoek Kedoengsoeren; panjang bendungan 500 sampai 600 meter. Mampu menampung 40 juta kubik air. Kajian juga meliputi kondisi geologi, serta potensi sumber material untuk mendukung pelaksanaan proses pembangunan yang tersedia di desa-desa sekitarnya: seperti Ngadipiro dan Dadapan . 

Seandainya waduk itu jadi dibangun; kemungkinan akan ada saluran irigasi teknis yang menembus perbukitan Darupono ke kawasan atas Kaliwungu. Maka daerah Kaliwungu atas akan menjadi kawasan pertanian yang memiliki jaringan irigasi yang bagus. Protomulyo, Magelung, Sumur, Nolokerto akan menjadi daerah pertanian dengan irigasi teknis yang mengikuti kontur alam perbukitan.

Sayang waduk Kedoengsuren itu tidak jadi dibangun. Pemerintah Kolonial hanya mampu membangun bendung kecil: bendung Kedoengpengilon yang terletak kurang lebih 1,5 km di bawahnya. Sebuah bendung yang hanya menyalurkan aliran air ke sawah-sawah di daerah Brangsong dan sebagian Kaliwungu bagian bawah.

Mengapa waduk Kedoengsuren gagal dibangun?. Dengan membandingkan sumber sejarah yang lain, bisa diduga karena munculnya jaman Malaise, akibat krisis keuangan dunia tahun 1929. Rencana itu akhirnya tidak terwujud hingga pemerintah Hindia Belanda bubar.

Berikut adalah sebuah informasi tentang rencana waduk Kedoengsuren, dalam sebuah buku yang terbit tahun 1919.

0 Menurut Anda:

Post a Comment

Terima kasih telah berkunjung, silahkan berkomentar dengan sopan, semoga bermanfaat